Indeks

Enam Strategi Kemendikbudristek agar Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Maksimal

Enam Strategi Kemendikbudristek agar Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Maksimal
Ilustrasi siswa dan Kurikulum Merdeka Belajar. Gbr: Ist/diaryguru.com

Beltimnews.com, Manggar – 137 Sekolah di Kabupaten Belitung Timur (Beltim) sudah mendaftar sebagai penyelenggara Kurikulum Merdeka Belajar pada Tahun 2022. Targetnya, Tahun 2024 seluruh satuan pendidikan di Indonesia sudah melaksanakan Kurikulum Merdeka Belajar.

Untuk mensukseskan pencapaian target tersebut, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan enam strategi. Sehingga, pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka belajar diharapkan berjalan maksimal.

“Kemendikbudristek melakukan enam strategi agar implementasi Kurikulum Merdeka Belajar bisa berjalan maksimal. Yang pertama memanfaatkan platform merdeka mengajar yang terkait dengan, belajar, mengajar dan berbagi,” tutur Edward, Kepala Guru Penggerak (BGP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel) kepada Beltimnews.com, Selasa (02/08/2022).

Yang kedua, lanjut Edward, mereka bisa memanfaatkan seri Webinar yang dibuat Kemendikbudristek. Selanjutnya yang ketiga, adanya komunitas belajar yang dibentuk masing-masing satuan pendidikan.

“Yang keempat adanya narasumber yang bisa diunduh dari platform merdeka mengajar, yang kelima adanya help desk yang bisa dihubungi di kementrian pendidikan. Dan, yang keenam ada mitra pembangunan yang sudah melakukan intervensi di dalam dunia pendidikan,” imbuhnya.

Edward menjelaskan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar ini berbeda dengan implementasi dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Ketika sekolah melaksanakan Kurikulum Merdeka Belajar, mereka diharuskan untuk mandiri dalam rangka meningkatkan pemahamannya, prinsip pembelajaran, mengembangkan administrasi, dan perangkat-perangkat ajar penunjang sesuai Kurikulum Merdeka Belajar.

“Di kurikulum sebelumnya guru itu sudah siap, mereka sudah dilatih serta harus sudah bisa menyusun administrasi pembelajarannya, silabus dan lain lain. Sedangkan pada kurikulum ini (Merdeka Belajar), Kemendikbud tidak menyelenggarakan diklat secara khusus,” ujarnya.

Edward menuturkan terkait adanya pengaduan guru yang masih menggunakan kurikulum lama dalam mengajar seperti memberikan tugas atau PR. Itu menurutnya tidak masalah karena kurikulum merdeka baru saja dijalankan.

“Kurikulum Merdeka Belajar ini implementasinya sambil belajar. Jadi guru sambil bekerja sambil terus memperdalam pemahaman tentang kurikulum ini. Harapannya ke depan secara perlahan bisa diterapkan,” katanya.*

(Teguh | Beltimnews.com)
Exit mobile version