Beltimnews.com, Manggar – Dalam waktu dekat, PT Steelindo Wahana Perkasa (PT. SWP) akan ekspor CPO (Crude Palm Oil) untuk mengosongkan tangki-tangki penyimpanan mereka. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahan sawit berskala besar di Belitung Timur (Beltim) sudah kelebihan stok.
Dan, akibat dari kelebihan stok, petani-petani sawit sulit untuk menjual TBS (Tandan Buah Segar).
“Oleh karena itu, dengan dibukanya kembali keran ekspor, PT SWP bersedia melakukan ekspor CPO mereka untuk mengosongkan tangki-tangki penyimpanan,” ujar Liatim, Kepala Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Perdagangan saat ditemui di ruang kerjanya.
Lebih lanjut dijelaskan Liatim, bahwa kelebihan stok yang dialami perusahaan-perusahaan besar karena kemarin sulit melakukan ekspor. Itu sebagai akibat dari larangan ekpor CPO.
“Namun sekarang sudah dibuka. Tapi kan tidak serta merta langsung bisa ekspor, harus melewati berbagai mekanisme,” ujarnya.
Menurut Liatim, sekarang ini petani sawit masih kesulitan menjual TBS. “Ini bukan hanya terjadi di wilayah Belitung Timur saja, satu Indonesia mungkin mengalaminya,” kata Liatim.
Sulitnya petani menjual sawit ini bukan tanpa alasan. Sebab, lanjut Liatim, perusahaan besar hanya mengolah TBS milik mereka sendiri ketimbang dari Petani. Itu dikarenakan stok TBS mereka yang masih banyak.
“Walaupun membeli dari petani, maka harganya tidak sesuai yang diharapkan atau bisa dikatakan di angka yang sangat rendah,” ujar Liatim.
“Jadi mereka terpaksa mengolah TBS mereka sendiri ketimbang TBS dari Petani, kalau pun dibeli harganya 500-600 per kg dan itu tidak sesuai dengan harga produksi,” tuturnya lagi.
Sebagaimana diketahui, ditutupnya keran ekspor pada bulan April lalu menimbulkan banyak kerugian dari berbagai pihak. Mulai dari petani kecil hingga perusahaan besar. Hal ini mengundang terjadinya demo di mana-mana. Bahkan, di Beltim sendiri, ratusan warga hadir untuk menyuarakan aspirasi mereka.
“Dengan adanya ekspor ini diharapkan agar petani kecil sudah bisa menjual TBS mereka dengan harga yang normal lagi ke pabrik kelapa sawit milik perusahaan. Sehingga ekonomi kembali bisa bangkit dan tidak ada lagi petani kecil yang merasa dirugikan karena modal yang tidak tertutupi. Harapan kita petani sawit pun kembali sejahtera,” tutupnya.*
(Teguh)